Pulau Labengki, Surga tersembunyi di Pesisir Timur Sulawesi Tenggara

Yuk, traveling ke Bumi Celebes!

Salah satu tempat Snorkeling di Pulau Labengki, disini banyak terdapat Ikan Badut

Spot Dolipo

Pulau Labengki, Surga tersembunyi di Pesisir Timur Sulawesi TenggaraEmanuel Ndelu Wele

Surga bagi pecinta wisata bawah laut ada disini

Spot Dolipo

Pulau Labengki, Surga tersembunyi di Pesisir Timur Sulawesi TenggaraEmanuel Ndelu Wele

Surga bagi pecinta wisata bawah laut ada disini

Pulau Labengki, Surga tersembunyi di Pesisir Timur Sulawesi Tenggara

Pulau Labengki, Surga tersembunyi di Pesisir Timur Sulawesi TenggaraTeluk Cinta, Pulau Labengki

“semoga lautnya tenang yah Pak”. Kataku mengawali percakapan dengan Bapak pemilik perahu kayu yang kami tumpangi.

Yaah, kali ini saya bersama 5 sahabat dari Jakarta dan Samarinda berencana akan mendatangi Pulau Labengki. Yang merupakan salah satu pulau-pulau cantik di Sulawesi Tenggara. Keindahan Pulau Labengki yang pernah saya lihat di Televisi dan Majalah On-Line membuatku ingin segera menyambanginya.

 

Perahu kayu yang kami tumpangi mengawali perjalanan dari Jembatan Kuning, terletak diluar Kota Kendari. Tempat ini kami sepakati untuk meeting point bersama sahabat lain dan dengan pemilik perahu kayu tersebut. Setelah semuanya berkumpul, kami segera berangkat menuju Pulau Labengki. Karena diantara kami ber-6 belum pernah ke Pulau Labengki, jadi kami tidak tau berapa lama perjalanannya hehehe. Tapi untunglah kami dikasih tau oleh pemilik perahu katanya perjalanan menuju Pulau Labengki ditempuh selama 4-5 jam.

 

Selama perjalanan kami disuguhi pemandangan yang memanjakan mata. Laut lepas membiru menghampar sejauh mata memandang. Daratan Pulau Sulawesi disisi kiri mengapit mengiringi perjalanan. Sementara disisi kanan nun jauh disana terpampang gugusan pulau-pulau kecil menghiasi Perairan Banda Basin Utara”. Seperti Pulau Bokori, Pulau Hari, Pulau Tiga, Pulau Saponda Laut Besar dan Kecil dan beberapa pulau lainnya.

Jika pemilik perahu kayu berbaik hati, mintalah pada beliau untuk mampir sejenak di Pulau Bokori, pulau ini yang dilewati ketika mau ke Pulau Labengki. Pulau Bokori tak berpenghuni. Tapi disini berdiri beberapa Resort yang tergolong mewah menurut saya. Dan di Pulau ini juga sering dijadikan sebagai tempat atau dilakukan berbagai macam acara dari instansi atau perusahaan-perusahaan disekitar Sulawesi Tenggara.

Setelah hampir 4 jam perjalanan, daratan Pulau Labengki sudah mulai nampak jelas. Dengan Mercusuarnya yang menjulang disisi kanan. Dari sini kecepatan perahu kayu sengaja dikurangi. Gugusan pulau karang kecil tak berpenghuni mengapit dikiri-kanan, indaaah sangat. Seperti di Negri dongeng rasanya. Setelah melewati gugusan pulau karang, didepan kami nampak rumah-rumah penduduk yang berjejer dipesisir pantai. Inilah perkampungan Suku Bajau di Pulau Labengki.

Perahu perlahan merapat di dermaga kecil. Saking jernihnya, dasar lautnya sampai kelihatan jelas, padahal cukup dalam tempat dimana kapal ini membuang jangkar.

Dari sini saya bersama pemilik perahu beranjak masuk kedalam perkampungan, dan rencannya akan mencari salah satu rumah penduduk untuk kami jadikan sebagai tempat menginap dan makan. Oiyaah, disini rata-rata penduduknya baik banget apalagi sama pendatang yang berkunjung ke pulau ini.

Dan akhirnya kami mendapati rumah penduduk yang kebetulan masih ada hubungan keluarga dengan Bapak pemilik perahu yang kami tumpangi. Rumah yang kami tumpangi adalah keluarga Bapak Fahda. Keluarga ini baiiiiikkk banget. Menerima kami ber-6 seperti saudara sendiri.

Rumah keluarga ini juga pernah menampung wisatawan lain dari dalam dan luar Negri. Untuk tarifnya, per-orang dikenakan Rp 30.000 sekali makan. Dan itu sudah termasuk biaya kita nginap dirumah ini. Murah bukan. Apalagi untuk sekelas pulau terpencil seperti ini. Kami waktu itu 3 kali makan. Jadi per-orang Rp 90.000. tapi karena kebaikan keluarga ini kami sepakat memberikan uang total Rp 800.000. termasuk karcis masuk ke tempat-tempat wisatanya. 

Setelah menyimpan peralatan, kami segera menuju ke “Spot The Drift”. Spot pertama dengan perjalanan 20 menit dari Pulau Labengki. Lautnya tenang dengan airnya yang jernih membuat kami agak lama melihat ikan, karang dan koral disini.

Dan langit di ufuk barat mulai merona, kami segera beranjak dan kembali ke Pulau Labengki menuju kerumah yang kami nginap. Karena keterbatasan air bersih, kami pun mandi dengan air dari sumur. Menimba sendiri dari sumur yang terletak disamping rumah ini, hehehehe. Tapi disitulah sesungguhnya yang kami ingin rasakan dan nikmati, berasa seperti inilah kebiasaan penduduk di Pulau terpencil ini. Oiyah. Di Pulau Labengki ini aliran listriknya sudah ada dan digerakan oleh generator kecil yang ditempatkan di sudut Desa. Tapi karena kapasitasnya kecil, listrik disini hanya menyala dari jam 6 sore hingga jam 12 malam. Jadi buat teman-teman yang hendak berkunjung kesini perlu persiapan yang matang yah, pastikan kondisi baterai kamera anda full dan siap pakai.

Selesai mandi, saatnya makan malam bersama. Menu makanannya cukup sederhana karena keterbatasan bahan makanan pokok di Pulau terpencil ini. Tapi namanya juga sudah lapar makanan apapun akan terasa nikmat. Ditambah dengan ikan goreng yang masih segar. Kalau disini tidak ada istilahnya ikan es, semua ikan sebagai asupan makanan di Pulau ini masih segar banget.

Malam kian larut, kami terbawa obrolan yang panjang. Kami tertarik dengan kisah Pak Fahda. Kisah ini merupakan sisi lain dari keindahan Pulau Labengki yang kita ketahui.

Pak Fahda dan Istrinya merupakan Guru Honorer Sekolah Menengah Pertama di Pulau Labengki. Mereka mengajar 6 hari full dengan berbagai macam mata pelajaran. Yang miris dan membuat kami terharu. Honor mereka per-bulan tergolong sangat minim. Rp 250 ribu/bulan. Dan itu pun dibayar 4 bulan sekali. Sungguh sesuatu pengabdian yang sangat tulus dari seorang pendidik, dari seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Dan untuk menambah penghasilan biar dapur mereka selalu ngepul, keluarga Pahda menjadikan rumahnya sebagai tempat singgah sementara bagi para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Labengki.

Disamping bidang pendidikan yang minim, masih ada sisi lain yang membuat warga disini resah. Terdapat salah satu perusahaan yang memonopoli di Pulau Labengki dan sekitarnya. Imbasnya, salah satu air terjun yang menjadi salah satu primadona destinasi wisata di Pulau Labengki mulai pudar keindahaanya. Airnya menjadi keruh, dan dibeberapa titik sudah mulai nampak kering dan perusahaan lainnya sebagai pengepul Ikan Tongkol. Mereka memperkerjakan anak-anak usia Sekolah sebagai pekerja. Sehingga anak-anak disini lebih tertarik menari uang daripada pergi ke Sekolah.

Untuk kesehatan di Pulau Labengki tidak ada tenaga Dokter, sehingga kalau ada warga yang sakit mereka harus naik ketinting selama 2 jam ke Lasolo. Sungguh sangat miris kehidupan warga di Pulau terpencil. Tapi karena keterbatasan akses keluar Pulau membuat mereka dipaksa bertahan dengan kehidupan ini.

Malam kian larut, satu-persatu kami beranjak tidur, seiring dengan lampu listrik sudah mulai padam.

 

Rencana awal kami menunggu terbitnya sang Mentari sirna, kami bangun kesiangan. Setelah sarapan pagi sederhana, kami kembali mulai menjelajahi keindahan alam di Pulau Labengki. Spot pertama “Goa Kolam Renang”. Letaknya persis dibelakang pemukiman warga. Didalam gua ternyata sudah dialiri listrik dari generator kecil didekat rumaahnya Pak Fahda. Sehingga kondisi didalam gua cukup terang. Air didalam gua ini cukup dingin menusuk kulit. Sementara batuan stalagmite menjulang, mengisi hampir setiap ruangan didalam gua. Tempat ini merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib kita datangi di Pulau Labengki kecil.

Selanjutnya kami mendatangi 2 Spot Snorkeling :

·         Spot Dolipo

·         Spot Pasir Panjang

Kedua spot snorkeling ini letaknya di Pulau Labengki Besar, berseberangan dengan Pulau Labengki kecil. Namun walaupun lebih besar, Pulau Labengki Besar tidak berpenguni, karena hampir semua daratan merupakan pegunungan. Menurut cerita yang kami dengar dari Pak Fahda, bahwa orang Bajau tidak bisa tinggal di Gunung.

Spot snorkeling Dolipo dan Pasir Panjang memiliki terumbu karang yang mempesona, ditunjang dengan banyaknya ikan-ikan kecil yang menghiasinya.

Dan saking jernih air lautnya, hingga dikedalaman 5 – 10 meter pun masih kelihatan karangnya dengan jelas. Disini kami bisa melihat Nemo, Kerang, Blue Fish dan beberapa keanekaragaman terumbu karangnya.

Setelah puas snorkeling di 2 tempat, kami melanjutkan perjalanan kesalah satu bukit yang disebut, “View Teluk Cinta”.

Untuk menuju kepuncak bukit ini disarankan menggunakan sandal atau sepatu yang khusus buat tracking. Kita melewati jalanan tanjakan yang sempit, dihiasi karang-karang tajam. Harus ekstra hati-hati. Perjuangan kita pasti lelah, tapi semuanya akan terbayar lunas setelah kita sampai dipuncak bukitnya. Nun didepan mata nampak gugusan pulau karang kecil tak berpenghuni menghiasi seantero pesisir pantainya. Sementara kalau kita menengok ke belakang nampak Teluk Cinta yang mempesona. Perbedaan warna biru muda dipesisir pantai dan biru tua ditempat yang lebih dalam membentuk lambang cinta. Jika kita berdiri ditempat yang lebih tinggi, semakin kelihatan dengan jelas lambang cinta tersebut. Duuuhhh romantisnya hehehe.

Tak terasa hari semakin siang dan kami harus segera kembali ke Pulau Labengki Kecil. Menurut informasi yang kami dapat dari Bapak Pemilik perahu yang kami sewa, bahwa jangan terlalu sore kembali ke Kota Kendari, untuk menghindari gelombang besar selama perjalanan.

Sesampainya dirumah Pak Fahda, makanan siang sudah siap. Setelah mandi dan packing semua peralatan, kami kembali makam siang bersama keluarga Pak Fahda, menu makan siang kali ini lebih istimewa :

Sinole, masakan khas Suku Bajau Sulawesi Tenggara. Berupa Sagu dalam ukuran kecil dimasak dengan campuran parutan kelapa.

Sambal colo-colo, sambal khas Sulawesi Tenggara

Tedong-Tedong, atau Babadog (sebutan bagi Suku Bajau)

Ikan Palomara Goreng

 

Nikmat rasanya, apalagi perut sudah keroncongan setelah bermain bersama Ikan, Karang dan Koral . Setelah makan kami sempatkan untuk foto bersama dengan keluarga Pak Fahda dan tak lupa kami berikan beberapa cinderamata untuk keluarga Suku Bajau di Pulau Labengki yang baik hati ini.

Banyak kenangan yang pasti akan selalu ingat, banyak pelajaran penting yang kami bawa dari keramahan penduduknya. Tentang rasa bersyukur, kesederhanaan, memberi tanpa pamrih, ketulusan dan masih banyak lagi.

Terimakasih Keluarga Bapak Fahda

Terimakasih Warga Pulau Labengki yang baik hati

Terimakasih Pulau Labengki buat alamnya, pantai, ikan, karang dan koral nya yang mempesona

Semoga disuatu hari nanti kami bisa datang kesini lagi.

Tips Traveling ke Pulau Labengki :

Dimana ?

·         Pulau Labengki terletak di Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

·         Awali perjalanan dari Kota Kendari, sebelumnya terlebih dahulu menghubungi Bapak pemilik perahu yang akan kita sewa ke Pulau Labengki.

·         Lama perjalanan dari Kendari – Pulau Labengki, 4-5 jam perjalanan, melintasi perairan Banda Basin Utara.

 

Kapan ?

·         Waktu yang baik bulan Mei – September

·         Hindari awal bulan Agustus, gelombang cukup besar

 

Nomor yang bisa dihubungi :

·         Bapak Jupri, pemilik perahu perahu di Desa Wawutu (0853-42282648)

·         Istri Bapak Jupri (0823-44896969)

·         Bapak Fahda di Pulau Labengki Kecil (0812-90727040). Berhubung sinyal telkomsel di Pulau Labengki agak ngadat, bisa hubungi beliau lewat SMS.

Teluk Cinta

Pulau Labengki, Surga tersembunyi di Pesisir Timur Sulawesi TenggaraTeluk Cinta, Pulau Labengki

Untuk melihat keindahan Teluk ini, cobalah kita naik disalah satu bukitnya

Pulau Bokori

Pulau Labengki, Surga tersembunyi di Pesisir Timur Sulawesi TenggaraPulau Labengki

Pulau kecil ini akan kita lihat ketika perjalanan menuju ke Pulau Labengki

Goa Kola Renang

Pulau Labengki, Surga tersembunyi di Pesisir Timur Sulawesi TenggaraGoa Kolam Renang

Tempat ini berada persis dibelakang Kampung di Pulau Labengki Kecil

Spot Pasir Panjang

Pulau Labengki, Surga tersembunyi di Pesisir Timur Sulawesi TenggaraEmanuel Ndelu Wele

Salah satu tempat Snorkeling di Pulau Labengki, disini banyak terdapat Ikan Badut

Spot Dolipo

Pulau Labengki, Surga tersembunyi di Pesisir Timur Sulawesi TenggaraEmanuel Ndelu Wele

Surga bagi pecinta wisata bawah laut ada disini

Emanuel Ndelu Wele Photo Writer Emanuel Ndelu Wele

Traveler

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya